Indonesia mempunyai 17.504 pulau, 525 suku bangsa, dan 250 bahasa daerah. Bayangkan sendiri betapa "kaya"nya negeri kita ini. Dengan pulau sebanyak itu, berapa total garis pantai yang kita miliki? Berapa banyak pantai yang kita bisa singgahi? Berapa banyak pulau yang sanggup kita jelajahi dalam 1 tahun?
Pikirkan sendiri yaa *kedip
Jika berhitung-hitung tiap hari mengunjungi 1 pulau saja, berarti setelah 49 tahun kita baru akan selesai menjelajah semuanya!
Itu belum termasuk kekayaan budaya dan bahasa yang kita miliki. Dengan suku bangsa dan bahasa daerah sebanyak itu, berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk mengamati itu semua?
Ga abis-abis deh kalau bicara "kelebihan" kita ini.
Belum lagi bicara wisata alam atau wisata kuliner. Hadeuuhh, sampai mulas nih mikirin mau menjelajah yang mana duluan.
Dengan "kekayaan" potensi wisata sedemikian rupa, mengapa negara kita bisa jauh tertinggal di bidang pariwisata? Mengapa turis mancanegara kita kalah jauh di banding negara tetangga yang tak lebih luas dari wilayah Jawa Barat dan tak punya wisata alam sebanyak kita?
Apa yang salah dengan itu semua?
Dalam Workshop Standar Penyediaan Informasi Pariwisata yang diadakan oleh Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata, disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kunjungan wisatawan mancanegara kita
Workshop Standar Penyediaan Informasi Pariwisata |
1. Kurangnya informasi pariwisata yang standar
2. Kurangnya kemampuan managerial
3. Kurangnya kemampuan berbahasa asing yang dimiliki tenaga kerja pariwisata
4. Rendahnya penguasaan IT
Demi memperbaiki banyak kekurangan di sana sini, Kementerian Pariwisata bertekad untuk berbenah. Apalagi menghadapi tantangan MEA (Masyakat Ekonomi Asean) 2016 ini, dorongan untuk mampu memenangkan persaingan dengan negara tetangga makin besar.
Dengan adanya MEA, negara-negara tetangga di kawasan ASEAN bebas untuk berdagang bahkan bekerja di Indonesia. Demikian juga sebaliknya. Jika tak pandai-pandai berbenah, salah-salah kita kalah bersaing dengan negara tetangga yang sudah lebih dulu siap.
Untuk menghadapi itu, Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan beberapa Kementerian saat ini memberikan prioritas pada 3 hal utama berikut :
Attraction
Daya tarik sebuah objek wisata perlu diangkat agar semakin bersinar dan menarik untuk dikunjungi. Tugas pemerintah bersama media untuk mengekspos sisi atraksi ini.
Pemerintah daerah misalnya, bisa membuat atau mengemas sebuah acara yang bisa mendongkrak kunjungan wisata. Contoh gampang seperti yang sudah ditunjukkan dalam promosi wisata Gerhana Matahari Total yang baru lalu. Gencarnya promosi dan kreatifnya pemerintah daerah dalam mengemas acara membuat kunjungan wisatawan melebihi target. Info yang saya dengar saat menyaksikan berita di Net TV, Bangka Belitung menargetkan hanya 2500 kunjungan, tapi pada saat acara, kunjungan wisatawan melonjak hingga 5000 wisatawan *cmiiw
Accessibility
Nah, ini masalah terbesar yang membuat negara kita jauh tertinggal di banding negara-negara tetangga. Kurangnya akses menuju lokasi wisata. Jika pun ada, akses jalannya buruk!
Kini, pemerintah benar-benar berbenah untuk mewujudkan target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019.
Agar fokus dalam mencapai target tersebut, kementerian pariwisata memprioritaskan pada pengembangan 10 destinasi wisata. 10 daerah ini akan di proyeksikan menjadi"Bali Baru". Mencontoh kesuksesan Bali dalam mengembangkan pariwisata, menjaga budaya, dan terus meningkatkan kemampuan sumber dayanya.
10 daerah prioritas tersebut adalah
![]() |
10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Prioritas |
Toba di Sumatera Utara
Tanjung Kelayang di Bangka Belitung
Tanjung Lesung di Banten
Kepulauan Seribu di DKI Jakarta
Borobudur di Jawa Tengah
Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur
Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur
Morotai di Maluku Utara
Wakatobi di Sulawesi Tenggara
Mandalika di Nusa Tenggara Barat
Geliat pengembangan ini terlihat dengan dibangunnya beberapa akses jalan, tol, hingga bandara menuju ke lokasi prioritas. Misalnya akses langsung penerbangan ke bandara di Labuan Bajo dan Danau Toba. Menyusul akses lainnya. Dalam hal ini kementerian pariwisata bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan, Kementrian Pekerjaan Umum, Kementrian Hukum & Ham dalam Visa approval hingga Menkopolhukkam dalam membantu menciptakan rasa aman.
Amenity
Hal berikutnya yang tak boleh dilupakan adalah kenyamanan dalam hal tempat berteduh, penginapan, dan fasilitas pendukungnya. Dalam rangka mendukung peningkatan di bidang yang satu ini, kementerian pariwisata sedang melakukan pelatihan standarisasi tenaga kepariwisataan. Dengan pelatihan ini diharapkan kemampuan berbahasa asing tenaga kepariwisataan kita meningkat, mampu melayani tamu dengan baik, dan mampu memberi rasa nyaman bagi wisatawan.
Apa peran blogger dalam menghadapi MEA ini?
Ohooo, peran blogger sangat strategis. Blogger berperan dalam penyediaan informasi yang standar. Berikan informasi pariwisata yang akurat. Ambil data dari situs resmi Kementerian Pariwisata, kemenpar.go.id. Misalnya, jika angka kunjungan wisatawan realnya 10juta, ya sebutkan 10 juta, jangan sampai salah jadi 9 juta.
Berikut adalah sumber rujukan pariwisata resmi dari Kementerian Pariwisata
![]() |
Sumber Publikasi Resmi dari Kementerian Pariwisata |
Kemudian, blogger juga berperan untuk menjadi media penyeimbang berita-berita negatif. Menurut pak Iqbal Alamsyah, Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Kementerian Pariwisata, jika ada berita menggemparkan semacam teror dan sebagainya, hendaknya blogger tak ikut-ikutan menyebarkan berita yang menimbulkan kecemasan massal. Ini berbahaya bagi pariwisata.
Ingat kasus bom Bali?
Tahu apa efeknya pada pariwisata Bali dan kunjungan wisatawan mancanegara?
Bali butuh beberapa tahun untuk bisa mengembalikan angka kunjungan wisatawan. Banyak orang yang ketakutan datang ke Bali. Bayangkan efek pemberitaan oleh media pada angka kunjungan wisatawan. Peran blogger nih untuk membantu memberikan info yang berimbang dan memberikan rasa aman, agar tingkat kepercayaan kembali tinggi.
So, peran kita ga main-main nih. Sebagai blogger yang juga bisa dijadikan sumber rujukan dalam penyediaan informasi pariwisata, hendaknya kita mampu menyediakan informasi yang baik. Berikan info pariwisata yang akurat. Jika ada berita negatif, hendaknya tak perlu dibesar-besarkan.
Contoh negara Italy atau Perancis. Kedua negara ini terkenal dengan wisatanya yang menarik dengan tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi. Tapi tahu ga sih kalau di negara mereka juga ada copet? Ssstt, pak Iqbal bilang, di negara sekaliber itu kriminalitas juga ada. Tapi apakah banyak yang tahu?
Itulah kehebatan mereka dalam mengcounter berita-berita negatif. Mereka tahu mana berita-berita yang akan membahayakan pariwisata, sehingga secepat mungkin berita semacam teror langsung diminimalisir. Agar kunjungan wisatawan tetap stabil dan tak terganggu isu-isu negatif.
Mampu kah negara kita melakukan hal ini?
Yuk, kita mampu kog. Teman-teman blogger yakin kan?
Mari pergunakan sosial media dengan bijak, sebarkan berita indahnya Indonesia ke seluruh dunia. Sebarkan berita baik.
Let Good News be Good News.
Sumber Foto : Biro Hukum & Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata
12 comments
byk ya skrng fungsi blogger plus utk mengangkat pariwisata Indonesia juga
Banyak yang sebenarnya lebih milih traveling keliling Indonesia, tapi karena berwisata ke luar negeri lebih murah, jadi destinasi wisata mereka berubah haluan deh.
10 New Bali, bisa menjadi strategi menghadapi MEA
salam sukses
Selain itu kesadaran wisatawan dan pengelola tempat wisata akan sampah, kebersihan masih kurang :(((
Semoga pariwisata Indonesia akan lebih baik ke depannya. Aamiin
publikasi tempat wisata memang sangat penting agar banyak orang yang tahu akan keindahan wisata yang dimiliki :)
MEA oh MEA. Yakin sih bisa, tapi udah pada jiper duluan.
Btw, ODOP ini aku sudah kandas di postingan hari pertama
iya, blogger bisa berperan lebih untuk menyebarkan berita tempat wisata, kuliner, hingga budaya
padahal ga harus ke tempat yg mahal sih ya, tujuan wisata di Indonesia kalau memang niat, ga akan habis-habis dieksplore :)
iya, itu salah satu strategi untuk menghadapi MEA ini
lebih tepatnya sih kesadaran wisatawan ya. Kalau punya keinginan kuat utk menjaga lingkungan, ga ada tempat sampah pun ga akan buang sampah sembarangan kog. Ga ada larangan mencoret atau memetik bunga, ga akan dilakukan kog. Jepang aja ga banyak menyediakan tempat sampah, tapi masyarakatnya memang sudah sadar utk bawa plastik sendiri untuk membuang sampah, jadinya ga nyampah di mana-mana
terutama publikasi tempat wisata yang jarang atau belum pernah dikunjungi orang.
Aku puunnn. Sebenarnya gugur di hari kedua, mentok di tema :)
Post a Comment