Kambing Pun Piknik Ke Benteng SpeelWijk, Banten

Kambing Pun Piknik Ke Benteng SpeelWijk, Banten - Pagi itu, beberapa blogger yang berasal dari Tangerang Selatan dan sekitarnya (Banten) berkumpul. Blogger Tangsel Plus. Kami sangat bersemangat mengikuti acara Jelajah Cagar Budaya Banten Lama yang diadakan oleh Badan Pemeliharaan Cagar Budaya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banten.

Peserta Jelajah Cagar Budaya Banten Lama sedang mengikuti Ice Breaking
Peserta Jelajah Cagar Budaya Banten Lama sedang mengikuti Ice Breaking

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Pekan Cagar Budaya 2016. Sasaran utama peserta sebenarnya para pelajar dan mahasiswa di sekitar Banten. Tak heran jika titik kumpul ditetapkan pukul 08.00 pagi di area Keraton Kaibon, Banten Lama. Hiaihahaha, kebayang donk, harus jam berapa kami berangkat dari rumah masing-masing di sekitar Tangerang-Tangsel jika waktu tempuh sekitar 1,5-2 jam jika menggunakan kendaraan pribadi.



Walau terpaksa bersiap sejak subuh, bahkan ada yang menginap dulu di Anyer (lirik Ophi ;)), kami semua antusias sekali. Saking antusiasnya, saya dan beberapa blogger mengajak serta suami dan anak-anaknya. Pasukan lengkap! Toh acara ini bagus untuk mengenalkan sejarah kepada anak-anak.

Berhubung peserta berjumlah hampir 100 orang, panitia membagi kelompok menjadi 2. Masing-masing kelompok dipandu oleh seorang pemandu yang merupakan Arkeolog dari Dikbud Banten.

Peserta mendengarkan penjelasan Arkeolog dari dikbud Banten
Peserta mendengarkan penjelasan Arkeolog dari dikbud Banten

Sayangnya, saya dan beberapa teman blogger hampir selalu ketinggalan rombongan, hahaha. Konsetrasi kami terpecah antara berlari mengikuti rombongan, mendengarkan penjelasan, mengamati situs yang dimaksud, dan foto-foto. Buat blogger, mengambil foto lokasi itu penting banget. Apalah artinya cerita tapa dukungan foto kan? Tapi mendengarkan penjelasan pemandu juga penting. Jadinya kami sering kalang kabut, antara mendengarkan pemandu dan foto-foto.

Ketinggalan rombongan di Keraton Surosowan
Ketinggalan rombongan di Keraton Surosowan


Cuaca hari itu cukup cerah, sangat mendukung untuk jalan-jalan dan foto-foto. Hanya saja, udara panas sempat mengendorkan semangat, mengingat beberapa teman blogger membawa balita. Mungkin karena kawasan Banten Lama berada dekat laut, udara panas tak bisa dielakkan.


Spot pertama yang kami jelajah tentu saja Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya, Kecamatan Kesemen. Situs bersejarah ini merupakan bagian dari Sejarah Kerajaan Islam di wilayah Banten. Keraton Kaibon sendiri berarti Keibuan, sesuai dengan sifat ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Keraton ini merupakan persembahan Sultan Syafiudin kepada ibunya, Ratu Aisyah. Jangan berharap akan melihat bentuk bangunan utuh Keraton seperti di Jogja, Solo, atau Cirebon ya. Keraton Kaibon ini hanya tinggal puing-puing saja karena pernah dihancurkan oleh Belanda.

Keraton Kaibon, Banten Lama (dok.pribadi)
Keraton Kaibon, Banten Lama (dok.pribadi)

Sayang sekali, beberapa bagian dari situs bersejarah ini sudah tercemari oleh aksi vandalisme. Tangan-tangan jahil merusak obyek indah ini dengan coretan-coretan. Huhuhu. Duh, adik-adikku yang pintar, obyek wisata sebagus ini jangan dikotori dengan ulah usil kalian yaa. Kalau mau berkarya, cari sarana lain deh.

Pintu Paduraksa yang menghubungkan ruangan di Keraton Kaibon
Pintu Paduraksa yang menghubungkan ruangan di Keraton Kaibon

Penjelajahan pun berlanjut ke Pusat Pemerintahan Kerajaan Banten, Keraton Surosowan. Area ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 500m dari Keraton Kaibon.

Puing-puing sisa Keraton Surosowan
Puing-puing sisa Keraton Surosowan
Hampir sama kondisinya dengan Keraton Kaibon, Keraton Surosowan yang dikelilingi benteng setebal 5m ini pun pernah dihancurkan Belanda. Keraton ini sudah berkali-kali dihancurkan. Kehancuran terbesar terjadi pada abad ke-16 dan 18, hingga menyisakan puing-puing yang membuat penghuninya meninggalkan keraton.

Di sekitar komplek Keraton ada museum yang bisa dijadikan referensi untuk mengetahui sejarah Banten.

Kisah sejarah Bandar Banten di Museum Banten
Kisah sejarah Bandar Banten di Museum Banten
Ada satu hal yang menarik perhatian saya di museum ini, sejarah teknik pengolahan air bersih yang digunakan Keraton. Air dari sungai Cibanten dialirkan ke Danau buatan Tasikardi, dialirkan ke Keraton melalui sistem penyaring yang disebut pengindelan. Melalui penyaringan Pengindelan Abang, Pengindelan Kuning, hingga Pengindelan Mas, air dari Tasikardi baru dialirkan ke Keraton sebagai sumber air bersih.

Sejarah Teknik Pengolahan Air Bersih ala Pemerintah Kerajaan Banten
Sejarah Teknik Pengolahan Air Bersih ala Pemerintah Kerajaan Banten

Tak jauh dari komplek ini, ada alun-alun di bagian utara dan masjid Agung di sisi Barat. Tapi, karena sudah siang, panas, dan kecapekan, kami tidak ikut rombongan berjalan kaki menyusuri area ini, melainkan langsung menggunakan mobil menuju post terakhir, Benteng Speelwijk. Hahaha.

Ternyata di seberang Benteng Speelwijk ada Vihara Avalokita yang juga merupakan salah satu spot yang akan dikunjungi. Ya sud, kami pun asyik sendiri berfoto dan bermain di benteng dan Vihara bersejarah ini.


Salah satu spot di Benteng Speelwijk
Salah satu spot di Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk adalah benteng yang dibangun pada masa penjajahan Belanda untuk menahan serangan VOC dari arah laut. Dulunya letak benteng ini persis berada di pinggir laut dan membuat mereka kesulitan menembus kota Banten.

Bangunan Benteng maupun Keraton umumnya terbuat dari bata bakar dan batu karang. Jika diperhatikan lebih detail, sisa-sisa karang terlihat jelas di sela-sela bangunan benteng.

Batu karang sebagai salah satu bahan pembentuk Benteng Speelwijk
Batu karang sebagai salah satu bahan pembentuk Benteng Speelwijk


Sayang sekali, benteng bersejarah ini sepertinya belum dimaksimalkan fungsinya sebagai daerah wisata. Entah saking terbiasanya masyarakat sekitar beraktifitas di sini, entah saking cueknya mereka menganggap kawasan ini sebagai "rumah"nya sendiri? Yang pasti, area benteng ini terlihat jadi semacam area menjemur padi, lapangan bola, angon kambing, sampai area Kerbau mencari makan? Hahaha. Seru pastinya.

Area dalam Benteng Speelwijk
Area dalam Benteng Speelwijk

Ternyata kambing pun tak mau kalah yaa, mau ikutan piknik juga. Bahkan ga mau kalah eksis ngikut foto.


Kambing pun pengen ikut eksis
Kambing pun pengen ikut eksis

Mungkin hal ini perlu jadi perhatian pemerintah setempat ya. Sayang sekali jika cagar budaya yang potensi wisata sejarahnya cukup tinggi ini kurang dikelola dengan baik. Menurut mas Adit dari Balai Pengembangan Cagar Budaya (BPCB) dikbud Banten, memang agak sulit mengelola dan mengatur masyarakat sekitar.

Kerbau dan Benteng Speelwijk
Kerbau dan Benteng Speelwijk


Ada satu catatan yang cukup mengganggu kami juga ketika berkunjung ke area Keraton Surosowan, pengelolaannya tampang kurang rapih dan dikelola oleh penduduk setempat yang sama sekali tak bersahabat dengan meminta uang setiap keluar masuk dan parkir kendaraan. Total biaya yang kami keluarkan untuk biaya masuk, parkir dan keluar hampir 20rb. Memang tak terlalu besar sih, tapi cara memintanya itu lho yang menyebalkan, mengingat area ini sebenarnya free.

Benteng Speelwijk menjadi area terakhir yang kami kunjungi. Selesai sudah acara jelajah hari itu. Banyak ilmu dan kenangan yang tertinggal. Rasanya terlalu banyak untuk memori saya yang terbatas, hahaha. Harusnya saya membawa alat perekam supaya bisa merekam penjelasan pemandu acara. Hahaha.

Sebagian peserta Jelajah Cagar Budaya Banten Lama (foto pak Tb. Encep)
Sebagian peserta Jelajah Cagar Budaya Banten Lama (foto pak Tb. Encep)

Penjelajahan hari itu masih belum berakhir. Saat pulang, kami melalui beberapa situs menarik seperti Danau Tasikardi. Hmm, bisa jadi tujuan penjelajahan berikutnya nih. Menelisik sejarah pegolahan air bersih di Kerajaan Banten?

Oh ya, buat yang mau menjelajah Banten Lama menggunakan angkutan umum dari Jakarta, bisa menggunakan kereta dari stasiun Kebayoran atau Serpong dengan Kereta Banten Ekspress yang ke arah Merak. Biayanya sekitar 5rb rupiah sampai stasiun Karangantu. Jadwal dari stasiun Kebayoran sekitar pukul 7.30 pagi dengan lama perjalanan sekitar 3-4 jam, jadwal berangkat dari stasiun Karangantu sekitar pukul 14.30. Dari stasiun Karangantu bisa menjelajah daerah Banten Lama, mulai Kaibon, Surosowan, Alun-alun, Masjig Agung, dsb. Bahkan bisa juga ke pelabuhan Karangantu.

Gimana? Seru kan? Apa temen-temen sudah pernah menjelajah kawasan Banten lama?

24 comments

Just Mi Nomisa said...

Menarik banget nih...
Sebenarnya aktivitas di sekitar benteng termasuk para kambing dan kerbau itu bisa jd pemandangan tersendiri yg menarik utk dilihat.

Prita HW said...

wah menarik mbak, jadi pengen menjelajah kesana mbak. mirip Jogja yah sekilas, alun2, kraton..tapi syg bgt kok ga dilindungi sbg aset daerah yah..

Vety Fakhrudin said...

Belum pernah nyoba ke banten. Next kayaknya perlu dicoba nih. Iya setuju buat blogger foto itu penting...hihihi

Kornelius Ginting said...

Penasaran sama benteng speelwijknya, gambar pohon dengan latar belakang bentengnya bagus

Anisa AE - Wisata Malang said...

Tempatnya seru semua. Jadi pingin ke sana juga.

Untung Kasirin said...

asyik juga ya banten ini, banyak situs2 peninggalan sejarah

Tira Soekardi said...

perlu dicoba nih, aku suka banegt lihat peninggalan jaman belanda , berupa benteng , rumah dlll

syauqiya said...

Coba dulu benteng ga dihancur2in sama Belanda, pengen lihat bangunan utuhnya...
Tapi perjalanan sejarah budaya n sospol mgk berubah klo Belanda g hancur2in dulu mgk ya....

Shine said...

Seru banget mbaa, jadi pengen ke Banten. Dari dulu pengen kesana belum kesampaian. Baca cerita mba jadi makin mupeng ��

Levina Mandalagiri said...

Saya juga sebel Mbak kalau berkunjung ke sini. Banyak punglinya. Sayang sebenernya mah asset wisata ini seperti tidak terurus yak. Padahal di baliknya banyak cerita menarik.

Unknown said...

Cuma blogger nih yg istimewa bisa wisata sambil bawa pasukan lengkap yaa...
Museumnya keren. Bagus banget utk wawasan anak2./

monda said...

niat dari dulu pengen ke Banten Lama, tapi nggak kesampaian terus
ada rute pakai kereta kayaknya menarik banget buat dicoba

Nining said...

Wisata candi-candi ini kalo di Indonesia identik dengan wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya ya mba. Kalo wilayah lain kok sepertinya kurang mendapat perhatian dr pemda setempat. Padahal bagus bangeeeet kan, belum lagi sejarah dan legenda di balik pembangunan candi tsb.

Tsf mba, jadi tau nih kalo di daerah Banten juga terdapat situs candi :)

Naqiyyah Syam said...

Keren ya tempatnya, jadi pengen deh ke sana. emang rempong ya Mak mana mau foto ama dengar in pemandu hehehe

Lingga permesti said...

Aku lahit di banten sampe sma tp blum pernah ke banten lama mba..hiks jadi maluu

Ratna Dewi said...

Aaahhh baca ini jadi pengen jalan-jalan lagi. Yuk ah kalo ada acara jalan-jalan lagi ikutan lagi Mbak. Btw, kemarin asyik banget emang jalan-jalannya tapi sayang banyak situs bersejarahnya sudah tak terurus ya padahal bagus.

Rach Alida Bahaweres said...

Kalau baca sejarah Banten teryata kalau dikelola dengan baik, hasilnya akan elbih maksimal ya mba

April Hamsa said...

Wah gak jau dari Jakarta ya mbak? Kapan2 ksan ah ma keluarga. Eh tapi kalau bawa balita kondusif gk mbak? thx

April Hamsa said...

hedeh maaf banyak typonya, keyboardnya keras, nampaknya perlu dibersihkan :(

Arina Mabruroh said...

Menarik.. apalagi buat belajar anak-anak.

Btw saya suka geram juga kalau tempat2 wisata/sejarah banyak sampah dan coretan2 T.T

Tia Marty Al-zahira said...

Wah saya belum pernah ke Benteng SpeelWijk, Banten, makasih mbak infonya, bisa jadi rekomendasi nih

Unknown said...

Aku emoh kalo piknik ama kambing tp kalo gule kambing, sate kambing mah aku doyan banget #Halah

Ade Anita said...

Iya bener. Aku juga selalu ketinggalan kalo pergi atau makan krn asyik ambil foto..hahhaa sapatau bisa jadi materi tulisan

Zata said...

Bagus bgt ya bentengnya mba Maya, pengen deh main2 ke sana, toh gak terlalu jauh juga dari Jakafta ya :)