#UmamiFoodMarathon Pengenalan Budaya & Kuliner Betawi

Sabtu, 16 Desember 2017 lalu, saya bahagia banget diajak Food Marathon bareng Tabloid Bintang Indonesia dan Dapur Umami. Saya dan beberapa teman food blogger sebegitu antusiasnya hadir, hingga rela berangkat dari rumah jam 5 pagi, demi bertemu di meeting point pertama kami, kantor AJI-NO-MOTO, yang terletak di Sunter, pada pukul 07.00 pagi!

Hahaha, sepagi itu, orang-orang masih bergelung di kasurnya, kami melepas rasa malas, demi mengejar keseruan *ehh. Yap, bayangan Food Marathon ke 3 titik itu bikin excited.

Rejeki saya pagi itu, naik gojek murah dari stasiun Tanahabang cuma 6ribu aja, padahal jaraknya 9 Km. Awalnya berniat sambung kereta sampai stasiun Rajawali, dari situ sebenarnya lebih dekat ke Sunter. Tapi feeling saya mengatakan, turun Tanahabang aja, biar ga lama nungguin transit. Eh ternyata bener, dapet rejeki promo Gojek. Ahay. Alhamdulillah.

Sebelum pukul 7 pagi saya sudah sampai di kantor AJI-NO-MOTO yang super besar. Sempat ngopi-ngeteh dulu, ganti kostum, dan perkenalan singkat dengan Head of PR AJI-NO-MOTO Grup, Bapak Fakhrurrozi.

MC kocak, Joan Brigitta, berhasil mencairkan suasana sekaligus menghibur kami sepanjang perjalanan.

Foto bareng MC kocak, Joan Brigitta
Foto bareng MC kocak, Joan Brigitta

Warung Mak Dower


Tujuan jalan-jalan yang pertama adalah Warung Mak Dower yang terletak di daerah Rawamangun, tepatnya di jl Pemuda no. 72.

Tampak Depan Warung Mak Dower Rawamangun
Tampak Depan Warung Mak Dower Rawamangun

Jam 8 pagi kami sudah sampai di rumah makan khas Betawi Warung Mak Dower, dalam rangka mengisi perut pagi itu. Hahaha. Saya sengaja cuma mengunyah sepotong roti dan segelas air putih saja dari rumah, karena yakin bakal kekenyangan banget nantinya.

Saat tiba, berbagai jenis makanan khas Warung Mak Dower sudah disiapkan di meja makan.

Aneka masakan Warung Mak Dower yang menjadi Signature Dish
Aneka masakan Warung Mak Dower yang menjadi Signature Dish

Mulai tumis genjer, jengkol, ikan cuek, pecak gurame, gabus pucung, sampai tutut! Nama makanannya pun lucu-lucu
Gabus Pucung
Cuek ngacir
Genjer centil
Cumi lenong
Tutut ngibrit
Udang lenjeh
Pecak Bandeng
Tulang jambal sewot 
Jengkol nampol 
Es ondel-ondel

Es Ondel-ondel ala Warung Mak Dower
Es Ondel-ondel ala Warung Mak Dower

Kalau ga ingat-ingat bakal makan lagi, saya pengen makan semuanya banyak-banyak. Hahaha. Enak-enak semua.

Mulai Cumi Lenong, Udang Lenjeh sampai Tutut Ngibrit
Mulai Cumi Lenong, Udang Lenjeh sampai Tutut Ngibrit

Saya paling suka Pecak Bandeng Warung Mak Dower. Padahal selama ini, saya bukan lah penggemar Bandeng goreng, karena takut duri halusnya. Tapi, Pecak Bandeng dari Warung Mak Dower ini entah bagaimana cara menggorengnya sampai jadi garing, tapi dagingnya tetap lembut dan juicy. Yang bikin takjub, ya tulang halusnya itu ga terasa sama sekali. Udah ketakutan bakal menemukan duri-duri halus, eh ga ada loh. Yang terasa justru garingnya ikan, berpadu kuah pecak yang pedas asem!



Kalau kata chef Ari Galih yang kebetulan semeja dengan kami, ciri khas makanan Betawi itu ada di kekuatan bumbunya yang kaya rempah-rempah. Satu bumbu yang sangat khas dan selalu digunakan adalah kemiri sangrai/bakar. Dan memang harus disangrai dulu, kalau ngga, aromanya ga akan keluar. Wohoo, noted chef.

Puas mencicipi aneka makanan lezat di pagi itu, kami langsung diajak bincang-bincang santai seputar isu MSG bersama Dr. Dyah, ahli gizi, dan chef Ari Galih.

Talkshow Gizi


Dr. Dyah Andayani, SpGK, M.Gizi, dokter spesialis gizi, mengawali bincang-bincang santai pagi itu. Menurut Dr. Dyah, glutamat yang ada di dalam MSG (Mono Sodium Glutamat) sebenarnya merupakan unsur yang ada dalam berbagai jenis makanan yang memunculkan rasa nikmat. Walau tidak menggunakan MSG, makanan yang terasa nikmat itu sebenarnya mengandung glutamat! Bahkan dalam sayur dan buah pun ada glutamatnya lho.


Talkshow bersama Dr. Dyah, ahli gizi, chef Ari Galih, & Bapak Fakhrurrozi, Head of PR Ajinomoto Indonesia
Talkshow bersama Dr. Dyah, ahli gizi, chef Ari Galih, & Bapak Fakhrurrozi, Head of PR Ajinomoto Indonesia

Nah, Dr. Dyah mengatakan, kandungan sodium yang ada dalam MSG bisa menjadi pengganti penggunaan garam-gula yang berlebihan dalam makanan. Dengan penggunaan sejumput MSG, dapat menggantikan sekitar 2-3 sendok makan garam. Ini bagus untuk orang yang harus diet garam seperti penderita hipertensi. Cukup dengan penggunaan secuil MSG, dapat mengurangi penggunaan garam yang berlebih.

MSG sebenarnya aman digunakan dalam proses memasak, selagi digunakan secukupnya. Bahkan WHO dan BPOM pun membolehkan kog. Cuma ya itu, gunakan secukupnya ya. Maksimal dalam sehari hanya 2-5 mg saja. Setara 1 sendok teh. Ingat, itu penggunaan maksimal dalam sehari! Bukan per masakan!

Menurut chef Ari Galih, kunci kelezatan makanan itu bukan di MSG. Salah kalau menganggap MSG adalah segala-galanya sehingga bisa menggantikan bumbu masak. Kunci makanan enak itu ada di bumbu masak yang kuat. Justru kalau kebanyakan MSG akan terasa pahit. Lidah kita ini pinter menyaring kog.

Bapak Fakhrurrozi selaku Head of PR Ajinomoto Indonesia mengatakan, selama ini banyak pemahaman yang mengatakan bahwa MSG atau biasa dikenal dengan sebutan micin atau vetsin, bisa membuat orang bodoh. Sampai ada sebutan generasi micin untuk mengungkapkan orang-orang bodoh yang terlalu banyak mengkonsumsi micin. Nyatanya, tak ada penelitian ilmiah yang menyatakan hubungan tersebut. Asam glutamat yang menjadi komponen utama MSG, ada di semua makanan. So, tak perlu khawatir dengan penggunaannya. Asal jumlahnya tak melebihi takaran, aman digunakan.

Demo Masakan Betawi


Chef Ari Galih tak hanya sekedar berbicara dalam sesi Talkshow, tapi juga menunjukkan cara penggunaan MSG yang tepat, saat memasak. Bumbunya dulu yang harus lengkap. Mulai dari penggunaan aneka bawang yang "berani", sampai penggunaan kemiri, kencur, jahe, lada, kunyit, sereh, daun jeruk, asam, dsb, hingga gula-garam yang pas.


Chef Ari Galih sedang mengulek bumbu untuk Gabus Pucung
Chef Ari Galih sedang mengulek bumbu untuk Gabus Pucung

Satu hal yang disukai chef Ari dari masakan Indonesia adalah rempah-rempah dan bumbunya yang kaya rasa dan menambah selera. Ssstt, rahasia bumbu yang enak, ada pada ulekan! Nah lho.

Pada saat menggerus bumbu dengan ulekan, "minyak" bumbu tersebut akan keluar perlahan dan membuatnya lebih "juicy". Menjadikan masakan lebih lezat. Aroma dan rasanya akan berbeda dibanding bumbu yang melalui proses blender/chop. Kecepatan mesin blending dalam menghancurkan, tidak bisa menggantikan proses menggerus yang bisa mengeluarkan "minyak" dari si bawang, cabe, jahe, kencur, dsb, ini. Wohoo, pantes, kenapa balado itu lebih nikmat kalau diulek ketimbang diblender.

MSG hadir hanya sebagai penguat rasa di akhir proses memasak, after taste. Cukup sejumput, tak perlu banyak-banyak. Kalau bumbunya udah ok, MSG digunakan hanya sebagai penguat rasa.

Ahaa, dapet insight baru. Selama ini saya takut menggunakan MSG karena khawatir migrain kumat. Eh, ternyata bukan MSG yang masalah, tapi penggunaannya yang harus sesuai takaran! Nyatanya saya ga mengalami pusing, walau menyantap berbagai makanan di Warung Mak Dower yang ternyata menggunakan MSG (AJI-NO-MOTO), dalam setiap menu.

Chef Ari Galih memamerkan hasil demo masaknya, Gabus Pucung dan Pecak Gurame
Chef Ari Galih memamerkan hasil demo masaknya, Gabus Pucung dan Pecak Gurame

Hari itu chef Ari mendemokan cara memasak Gabus Pucung yang menggunakan bahan utama Kluwak dan ikan Gabus segar, plus Pecak Bandeng yang menggunakan Bandeng goreng kering yang disiram kuah pecak yang asem-asem segar. Perpaduan bawang, cabe, kencur, tomat dan air asam hangat. Hmmm. Yummy

Soto Betawi H. Husen


Selesai bincang-bincang santai dan demo masak, lanjut ke destinasi kedua, Soto Betawi legendaris yang terletak di daerah Manggarai, Jakarta Selatan. Soto Betawi H. Husen.

Tampak Depan Soto Betawi H. Husen
Tampak Depan Soto Betawi H. Husen

Sempat kami mendengar, "penggemarnya sudah memenuhi venue, jadi nanti harap sabar ya". Hwiiik, penasaran donk, serame apa sih warung ini sampai bikin orang harus rela bersabar?

Begitu sampai di lokasi yang terletak di sebuah gang kecil dekat jl. Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan, saya dan beberapa teman-teman blogger dibuat terpencar-pencar, duduk di meja yang berbeda-beda. Puluhan pelayan yang sigap melayani siang itu seakan masih kesulitan menghadapi hampir 100an orang yang datang silih berganti.

Pengunjungnya ramai banget saat makan siang
Pengunjungnya ramai banget saat makan siang

Bahkan yang makan-minum pun tak diberi kesempatan berleha-leha dulu setelah selesai bersantap, kalau ga mau dipelototi para customer yang sedang antri mencari tempat kosong!

Pelayan yang silih berganti mampir, tampak sibuk melayani. Area yang tak terlalu besar itu jadi makin terasa sesak. Tapi anehnya, yang datang tetap saja ramai!

Ada satu pelayan yang saya ingat berkali-kali mengucapkan ucapan terima kasih sambil membawa piring-piring dan gelas kosong.

"Terima kasih, jangan lupa datang kembali" serunya dengan nada seperti bernyanyi.

Setelah mencicipi, saya memang patut mengacungkan jempol. Pantes banyak penggemarnya!

A post shared by Maya & Heri Siswadi (@advencious) on

Menurut chef Ari Galih, Soto Betawi ini menambahkan susu bubuk ke dalam komponen kuahnya. Pantes lah terasa gurih. Paru gorengnya yang garing dan sedikit tasty, berpadu kuah santan yang tak terlalu asin, terasa pas. Kriuk-kriuk, nyess.

Isiannya cukup banyak, mulai potongan daging, babat, jeroan, paru goreng, dsb yang bisa dipilih. Harga per porsi 35 ribu jika ditambah nasi.

Sst, walau isinya cukup banyak, saya sanggup juga menghabiskan seporsi Soto plus sepiring nasi, lengkap dengan acar! Doyan apa rakus? *Ehh

Alhamdulillah, walau Soto Betawi ini menggunakan MSG juga (AJI-NO-MOTO), migrain saya ga memberontak. Anteng-anteng aja ga ngajak berantem. Padahal kalau kebanyakan makan makanan yang menggunakan MSG, migrainnya suka muncul deh. Nah ini ngga nongol. Kemungkinan karena penggunaannya yang pas, ga berlebihan.

Kampung Budaya Betawi & Danau Setu Babakan


Akhirnya sampai di destinasi terakhir, Kampung Budaya Betawi dan Danau Setu Babakan.

Setelah menunaikan sholat, kami diajak berkeliling mengunjungi museum Betawi. Ada pemandu wisatanya, Syahroni. Bang Roni yang asli Betawi ini menceritakan berbagai akulturasi Budaya yang terjadi yang membuat kebudayaan Betawi begitu kaya. Ada wayang golek Betawi yang merupakan akulturasi Budaya Sunda-Betawi sehingga menghasilkan Wayang Golek dengan tokoh Pahlawan Betawi, Si Pitung, dengan bahasa pengantar Betawi. Ada alat musik rebana yang merupakan percampuran dengan budaya Arab. Miniatur bemo, dsb, hingga batik Betawi.

Rebana koleksi Museum Betawi Setu Babakan
Rebana koleksi Museum Betawi Setu Babakan

Setelah selesai di museum, kami diarahkan ke ruang serba guna dan disambut dengan tarian Nyecek Setapak, tarian yang diciptakan pemudi Betawi untuk menyambut para tamu.

Tarian Nyecek Setapak sebagai tarian sambutan pada tamu
Tarian Nyecek Setapak sebagai tarian sambutan pada tamu


Ternyata, Betawi juga punya wayang golek. Wayang golek versi Betawi dg bahasa Betawi dan tokoh utama si Pitung, dengan latar cerita Batavia Tempo Doeloe. Baru kali ini kesampaian datang ke Setu Babakan. Kalau bukan gara-gara difasilitasin jalan-jalan sama @dapurumami.id dan @bintangtabloid keknya saya ga tahu detail banyak budaya Betawi. Seharian kami jalan-jalan, sarapan di Warung Mak Dower yang menyediakan makanan khas Betawi, mulai Pecak Bandeng sampai Gabus Pucung. Ciri khas makanan Betawi menurut chef Ari Galih adalah di penggunaan Kemiri yang sudah disangrai tanpa takut, alias buanyak. Lanjut perjalanan Food Marathon ke Soto Betawi H. Husen yang ada di daerah Manggarai. Ya ampuun, itu warungnya ramaaai banget, sotonya pun endeuus. Soon akan saya ulas khusus di akun @advencious dan blog advencious.com ya. Perjalanan terakhir adalah ke Setu Babakan yang jadi Sentra Perkampungan dan Budaya Betawi. Kalau mau belajar budaya Betawi dan pengen mencicipi aneka jajanan khas Betawi, ini adalah destinasi yang pas! #umamifoodmarathon #ajinomotoxbintangindonesia #bloggergatheringbersamaajinomoto #TravelIndonesia #JelajahIndonesia #JelajahBetawi
A post shared by Maya Siswadi (@mayasiswadi) on


Sore itu kami juga diajak berjalan ke arah pusat pembuatan batik Betawi. Kali ini diajak membakar kalori! Lumayan, jalan kaki hampir 700 meter, nyaris 1 km sepertinya. Membakar kalori yang tadi banyak kami masukkan ke tubuh. Bwahaaha.

Sambil jalan plus cuci mata melihat berbagai kuliner Betawi yang dijajakan sepanjang danau, mulai Kue Rangi, Soto Betawi, Kerak Telor, Otak-otak, Dodol Betawi, dsb. Bahkan ketemu buah langka, buah Buni. Buat yang kangen kulineran Betawi, bisa deh menyambangi Setu Babakan, siapa tahu nemu kuliner langka yang sudah jarang ada.

Setelah puas melihat proses pembuatan batik Betawi dan melirik-lirik koleksi batik yang sudah jadi, balik lagi deh ke gedung utama pusat kebudayaan Betawi. Kali ini kami menggunakan Delman, yang nantinya akan jadi transportasi utama yang dibolehkan berkeliling di area danau Setu Babakan.

Setelah sampai gedung, kami disambut workshop pembuatan Bir Pletok yang sama sekali ga ada alkoholnya. Cuma namanya aja bir karena fungsinya yang sama-sama menghangatkan. Jaman dulunya, orang Betawi ngiri sama penjajah Belanda yang bisa minum bir. Sebagai orang Betawi yang taat agama, mereka takut meminumnya. Akhirnya mereka cari akal dan membuat minuman tandingan yang fungsinya menghangatkan juga. Bahan-bahannya terdiri dari berbagai macam rempah-rempah (lebih dari 10 macam) yang utamanya adalah jahe.

Sesi terakhir adalah workshop Kerak Telor. Beberapa teman, Jun, Yesi, antusias banget mengikuti workshop. Mereka mencoba langsung membuat kerak telor di atas tungku.


Workshop Kerak Telor & Bir Pletok, Delman, Danau Setu Babakan, Buah Buni, & Pembuatan Batik Betawi
Workshop Kerak Telor & Bir Pletok, Delman, Danau Setu Babakan, Buah Buni, & Pembuatan Batik Betawi

Walau salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan kerak telor adalah MSG juga, lagi-lagi saya ga merasa pusing. Padahal, jika kemasukan banyak MSG, migrain saya suka berontak. Hm, jadi sebenarnya, apa yang jadi pemicu, jika migrain saya kumat, ya?

Kembali lagi, segala yang berlebihan memang ga baik. Ingat-ingat pesan dr. Dyah dan chef Ari Galih, "pakai lah MSG secukupnya!"

Ah, acara yang padat sekali. Sarat info dan penuh makna.

Hujan yang mengguyur saat kami akan pulang sore itu, membuat suasana sedikit sendu dan syahdu. Tapi kesan menyenangkan yang terasa, masih terbawa hingga hari ini.

Terima kasih teman-teman blogger, tabloid Bintang Indonesia, AJI-NO-MOTO, dan MC kocak pemilik akun IG @JoanBrigitta yang berhasil menghibur kami seharian, bikin bahagia. Sampai bertemu di acara berikutnya. Semoga.

Foto bersama penari Betawi (dok. @bintangtabloid)
Foto bersama penari Betawi (dok. @bintangtabloid)

#UmamiFoodMarathon jadi ajang memperkenalkan budaya dan kuliner Betawi. Betapa kayanya masakan Betawi dengan segala limpahan bumbu dan rempah-rempahnya. Maya Siswadi

22 comments

Nefertite Fatriyanti said...

Acaranya seru ya, selain kenal kuline enak-enak, kita juga dapat ilmu

Kanianingsih said...

asiknya jalan-jalan dan makan-makan ya mbaa

https://www.junjoewinanto.com said...

Hueheheheh... Enak banget kan Makanannya. Kemlakeren (kekenyangan)di destinasi pertama. Destinasi kedua udah ogah2an mau makan. Hahaha...tapiiiii... bener2 nikmat. Endolita bambaaaaanggg kata Brigita.

my words said...

acara kuliner budaya tradisional spt ini bagus digiatkan terus menerus.... senang bs ikut di dalamnya :D

Diah Woro Susanti said...

Kulineran tp ada ilmunya bikin pemahaman mengenai MSG jadi bertambah. Josss gandos pokoe

ria buchari said...

makan paginya bener2 bikin wareg ya ..endoss marendoss makan2 plus dpt ilmu juga :D

deddyhuang.com said...

pakai MSG secukupnya bener sih, tapi sebisa mungkin hindari MSG dengan masak sendiri. tapi kadang kalau kita makan di luar itu micinnya banyak banget..

Yayat said...

Segala yang berlebihan itu nggak baik... MSG aman bila digunakan secukupnya

nursaidr said...

Makasih infonya. Jadi tahu takaran penggunaan MSG dalam sehari 2-5 mg. Aman ya ini digunakan berarti.

Ade UFi said...

Emang kalau ga inget mau makan2 lagi pasti dah kalap di warung mak dower ya, mba maya.

Soal MSG emang bener tuh. Gunakan secukupnya. Segala sesuatu yg berlebihan pasti ga baik ujung2nya

Ria Bilqis said...

Enak semua menu di warung Mak Dower, cocok di lidah saya.

Ucig said...

Aku tuh berkesan banget di warung mak Dower. Ternyata tmnku yg rumahnya dkt sana sering mampir. Memang rasanya juaraaa

Dapur Ngebut said...

favoritku pecak bandeng. enakkk

Lia Harahap said...

Awalnya aku bingung lho soal penggemarnya sudah memenuhi venue di Soto Betawi H. Husein. Ternyataaaa alamaaak ramenyaaa.

Hahahahaha :D

Jalan-Jalan KeNai said...

Soto Betawinya rame bangeeeeett. Legend! :)

Yesi Intasari said...

Soto betawi H. Husen mantep banget ya mba, apalagi paru gorengnya kriuk-kriuk gitu cocok banget sama kuah sotonya, pokoknya umami deh..

Nita Lana Faera said...

Kalau Mba Maya efeknya ke migrain ya. Iya MSG dengan taburan berlebihan memang ada yang bikin badan seseorang jadi bereaksi macam migrain atau nyeri. Selama digunakannya dengan takaran yg pas, akan tetap aman ya di badan kita.

Astin Astanti said...

sarapan asyik di Warung Mak Dower bareng teman blogger, dapur umami dan tabloid bintang ya mbak

winda puspita said...

setujuuu pecak bandengnya emang juara.. daging nya lembut nan juicy.
aahhh yuk mba maya kesana lagi.

Uni Dzalika said...

foto soto nya menggiurkan banget!!!! jadi kepengin makan lagi ke sana

adi pradana said...

Es Ondel2nya seger. Abis makan soto, minum yang seger2 kayak es ondel2. kenikmatan yang paling haqiqi... hehehe

Vicky Laurentina said...

Bagian yang saya suka di sini adalah disuguhin bir pletok sambil didongengin sejarahnya bir pletok oleh MCnya yang orang Betawi asli. Autentik banget itu :)