Serunya Konser The Professor Band UI

The Professor Band? Bandnya professor? Professor main band? Atau musisinya udah sekelas professor ilmu musiknya? Halah ribet ya. Tapi itu lah yang ada dalam pikiran saya saat mendengar akan diadakannya konser The Professor Band (TPB).

Dalam bayangan saya, ini professor pada ngapain sih. Main band? Sekedar unjuk kebolehan, atau konser beneran? Udah professor kog ya masih main musik. Kurang sibuk? *ehhh

Ternyata di akhir sesi saya baru paham, kenapa sih para professor-professor ini main band.


Sejarah The Professor Band


Namanya manusia tuh ya, ada otak kanan dan ada otak kiri. Bisa serius, tapi boleh juga dong, santai. Nah, demi menyeimbangkan kehidupan, ga melulu berkutat dengan diktat, buku, dan tugas-tugas mahasiswa, para professor-professor UI pun berkumpul untuk sekedar menyalurkan hobi bermusik. 
Awalnya sih cuma iseng-iseng aja para professor dari fakultas FISIP UI ngumpul di tahun 2003. Ga ada wacana serius mau bikin konser segala macam. 

Seiring waktu, para professor yang hobi bermusik ini lantas memantapkan diri untuk mendirikan The Professor Band. Anggota awal yang hanya para professor UI dari fakultas FISIP pun berkembang menjadi professor UI dari berbagai fakultas dan program studi. Bahkan beberapa mahasiswa berbakat musik juga turut dilibatkan.


Konser The Professor Band



Langkah The Professor Band makin lama makin luas. Bukan lagi sekedar di lingkungan UI, tapi merambah juga ke luar lingkungan kampus. Bahkan melanglang hingga ke mancanegara. Beberapa kali TPB diundang konser di US dan negara-negara lainnya. 

Pada 27 Juli 2018 lalu, TPB kembali mengadakan konser. Kali ini di gedung Makara Art Centre. Gedung kesenian yang sengaja dibangun UI Depok untuk berbagai pertunjukan dan acara kesenian.

Yang lucunya, waktu saya dan Falda mencari gedung Makara ini, ada yang ngga tahu. Saat saya tanya gedung Makara Art Centre, pak satpamnya ga ngerti, malah bilang "oh, gedung kesenian kali ya? Ada di sebelah sana bu". Karena ragu-ragu, saya bertanya pada mahasiswa yang lewat tentang lokasi gedung kesenian. Ajaibnya mereka semua bertanya-tanya, dimana letak "gedung kesenian". Tak ada satu pun yang bisa menunjukkan letak "gedung kesenian itu". Begitu saya tanya "Makara Art Centre", baru pada ngeuh. "oh, kalau Makara Art Centre sih di situ bu."

Duh, beda generasi ya. Pak satpam tahunya gedung kesenian. Tapi generasi muda kenalnya Makara Art Centre :)

Akhirnya saya berhasil menemukan gedung Makara Art Centre yang lokasinya ga jauh dari stasiun Pondok China. Posisi gedungnya persis berhadapan dengan Danau UI, ga jauh dari masjid UI.

Konser Feat Koes Plus & The Panbers


Lagu-lagu yang dibawakan TPB pun beragam, mulai lagu jazz, pop, dsb. Umumnya lagu-lagu oldies, tahun 1980 -  1990an.

Khusus konser TPB kali ini, mereka sengaja membawakan lagu-lagu Koes Plus dan The Panbers. Tak heran jika konsernya bertajuk "Tribute To Koes Plus & The Panbers"

Lagu Koes Plus dan The Panbers dibawakan secara bergantian mulai pukul 16.00 - 18.00. Para penyanyi yang membawakan lagu berganti-ganti, mulai mahasiswa UI, anak-anak professor, hingga ibu-ibu rektorat UI.

Lagu-lagu lawas pun berkibar di seantero gedung. Kami para penonton pun ikut larut membawakan lagu semacam Kisah sedih di hari minggu, Ayah. Untungnya sih pada bagian background panggung terpampang layar besar yang menampilkan lirik lagu. Kami seakan-akan diajak bernostalgia sambil berkaraoke diiringi The Professor Band!

Pada akhir acara, saya kaget melihat layar itu menampilkan sosok Oom Yok Koeswoyo. Ya ampun, ternyata sejak tadi oom Yok ada di antara para penonton. Huaaa, segala haru melanda, bahagia, bangga, takjub menyaksikan legenda musik Indonesia yang masih hidup.

Oom Yok Koeswoyo pun diminta maju ke atas panggung untuk turut bersama menyanyikan lagu pamungkas, Boedjangan.



Lagu Pamungkas, Boedjangan, karya Koes Plus, menjadi penutup yang manis dari konser The Professor Band di Makara Art Centre UI Depok. Seluruh penonton ikut larut bersama alunan musik dan lagu yang ternyata juga dihadiri salah satu personil Koes Plus yang masih tersisa, oom Yok Koeswoyo. Sukses selalu The Professor Band, menjadi inspirasi bagi bidang akademisi dan pendidikan. Bahwa hidup hendak lah seimbang, tak melulu sibuk dengan otak kiri, tapi juga harus mengaktifkan otak kanan. Tak melulu sibuk dengan kognitif, tapi harus mengaktifkan afektif. Thanks prof, telah menunjukkan pada kami, bahwa profesor itu tak harus kaku, tapi bisa juga diajak santai begini. Yuuk para mahasiswa-i, manfaatin gedung kesenian yang udah dibangun dengan megah ini dengan karya-karya seni lainnya. Pesan profesor loh ini. #laguindonesiajayadinegrisendiri #TPBbelajarbermainbermusik
A post shared by Maya Siswadi (@mayasiswadi) on


Ahhh, hati saya rasanya penuh banget hari itu. Senang bisa ikut menyanyi bersama, joget bersama, nostalgia bersama. Mengenang masa-masa muda. Hiahahaha.

Saking senangnya, saya sampai lupa memanfaatkan moment, foto bersama dengan oom Yok. Huaaaa...




Meet & Greet with TPB


Setelah selesai konser, kami dapat kesempatan untuk ngobrol-ngobrol dengan para professor TPB ini.



Melalui tanya jawab, terungkap jika persiapan mereka untuk sampai bisa konser ini cukup singkat, cuma sempat 5x latihan.

Untuk mengarahkan dan menggarap permainan para professor ini, dilibatkan lah R. Septa Suryoto Ssn. sebagai music director.

Oh ya, The Professor Band juga udah punya album loh. Walau bukan lagu sendiri, tapi musiknya digarap dengan serius.

TPB memang belum punya lagu sendiri. Tapi, itu ga menyurutkan mereka untuk tetap berkarya kan?

1 comment

Kontengaptek said...

Asyik seru banget bisa nonton konser musik bersama the professor band...