Kriyanusa 2019, Wujud Mahakarya Indonesia

Indonesia ini kaya. Kaya seni dan budaya. Kaya sumber daya manusia, dan kaya sumber daya alam. Siapa yang bisa menyangkal ini. Indonesia ini luar biasa kayanya. Belum kalau bicara jumlah pulau, jumlah suku bangsa, jumlah bahasa, wuaaah, buanyaaak. Mulai dari ribuan, hingga puluhan ribu.

Kalau mau dibreakdown satu-satu, mungkin sampai capek mencatat kekayaan kuliner, wisata, hingga seni budayanya. Keberagaman budaya ini pula lah yang melahirkan aneka kerajinan hingga kain nusantara. Sebut saja songket, kain sasirangan, tenun, batik, dsb.



Sayangnya, karya indah warisan budaya ini belum dimaksimalkan. Padahal, jika jeli, banyak yang bisa dikembangkan menjadi produk berkualitas tinggi dan layak jual untuk pasar ekspor.

Salah satu yang sangat concern membimbing dan mengembangkan para pengrajin agar mampu mengembangkan kerajinannya hingga menjadi karya berkualitas dan layak dihargai tinggi adalah Dekranas, Dewan Kerajinan Nasional. 

Dekranas punya cabang di tiap provinsi yang disebut dekranasda. Masing-masing dekranas daerah ini fokus membimbing para perajin di tiap daerah. 

Tiap tahun, Dekranas mempunyai agenda pameran skala nasional untuk mengangkat karya-karya para perajinan daerah bimbingan beberapa dekranasda, Kriyanusa. Memasuki tahun 2019, sudah 38 kali dekranas menyelenggarakan Kriyanusa.




Demikian yang terungkap pada acara Temu Netizen bersama direktur KKM Kominfo, Ibu Septriana Tangkary, Ibu Triana Rudiantara selaku Ketua Publikasi, Informasi, & Media Kriyanusa, dan Ibu Euis Saedah, Sekjen Dekranas pada 9 September 2019 lalu di Restoran Kembang Goela, Jakarta.

Ibu Triana Rudiantara menyebutkan, Kriyanusa bertujuan mengangkat karya-karya kerajinan yang sebelumnya masih tradisional menjadi lebih bernilai. Mereka didorong untuk menghasilkan kerajinan yang lebih berkualitas dan berdaya saing internasional. 




Ibu Septriana Tangkary bahkan bercerita, kerajinan Indonesia itu sangat disukai pasar luar negeri. Sayangnya, kualitas dan harganya masih terlalu rendah. Pernah ia menemukan sebuah produk yang di Indonesia hanya berharga Rp 250.000, berharga Rp 5.000.000 di Jepang!

Nah, nyesek ga kalau begitu?

Masa bangsa kita ga bisa ambil keuntungan lebih besar sih?

Pernah seorang teman bercerita, saat ia ke Bali, seorang turis menyayangkan kerajinan Indonesia yang bagus-bagus itu kog harganya murah. "Berapa kamu bayar perajin kalau harganya murah begini?". Si turis lantas memberikan harga lebih dengan pesan "Bayar lah perajinmu lebih mahal, hargai karyanya"

Luar biasa ya.

Seorang teman lainnya yang datang ke Kriyanusa 2019 ini bercerita dengan bangga "Gw seneng deh denger harga kain-kain kita itu mahal, setara brand luar. Gw justru bangga". "Ketika disebut sebuah songket harganya 10-20juta, gw justru seneng. Harusnya sih begini kain kita dihargai"




Kalau kita ga keberatan bayar mahal untuk sebuah brand luar, kenapa kita keberatan bayar mahal untuk mahakarya Indonesia?

Aiiih, ini renungan banget.

Kebanggaan kita memakai produk lokal harus lah lebih kental. 

Pameran kerajina sekelas Kriyanusa 2019 ini memberikan banyak sekali wawasan baru akan karya dalam negeri yang sudah naik kelas. Dekranas sudah bekerja sedemikian rupa membimbing pengrajin agar bisa mensejajarkan dirinya dengan produk luar. 

Next, semoga para perajin Indonesia makin bisa naik kelas dan produknya makin dihargai di pasar Internasional. Harapannya, para generasi milenial melihat peluang mengembangkan pasar internasional ini. 

Yuuk garap kerajinan Indonesia ini menjadi berskala internasional, biar setara brand luar.

No comments