Hai-hai teman-teman pelaku usaha, UMKM, usaha kuliner atau usaha apa aja, sering bingung ga sih menentukan harga jual?
Pengen kasih harga jual tinggi takut kemahalan trus ga laku. Tapi kalau pasang harga rendah juga kadang ya pas-pasan banget untungnya. Malah kadang banyak biaya-biaya di luar modal bahan baku yang luput diperhitungkan.
Hal-hal kayak gitu tuh yang menurut bang Aidil Akbar, financial planner, sering membuat pelaku usaha hanya mendapat margin keuntungan yang kecil, bahkan ada yang lebih parah lagi "cuma untung makan".
Menurut bang Aidil, sebagai pelaku UMKM sah-sah saja sih kita mau menentukan margin keuntungan berapa, tapi ya jangan sampai juga cuma kerja bakti akhirnya.
Poinnya sih, kita ga boleh takut menentukan harga jual, jangan takut menentukan keuntungan yang diinginkan. Hitung benar semua biaya-biaya yang keluar selain modal bahan. Misalnya biaya listrik (ini sering kelupaan dihitung), biaya internet (kalau jualan online, ga mungkin gratis kan internetnya?), biaya packing, marketing, ongkos transport/ongkos kirim (biaya yang keluar saat beli bahan), tenaga kerja, kreasi, dsb segala biaya yang ada harus masuk perhitungan.
Nah, kelemahan lain para pelaku usaha UMKM kadang-kadang tuh pengelolaan keuangan usahanya masih kacau balau. Duuh kog ini ya nyentil banget *tertunduk malu.
Hayoo, teman-teman yang pengusaha kuliner, atau pelaku usaha lain, ada yang gabungin keuangan usaha dengan keuangan rumah tangga?
Moga-moga kalian bukan salah satu pelakunya ya 🤣
Ngobrol-ngobrol seru di Sabtu pagi, 20 Maret 2021 itu bareng bang Aidil Akbar dan bang Amar (Amar Bank) memang daging banget. Saya yakin banget, sebagian peserta yang kebanyakan pelaku usaha, IRT, ibu-ibu PKK merasakan experience yang sama, dapat insight baru dan termotivasi untuk memperbaiki.
Menurut bang Aidil Akbar, harusnya sih keuangan usaha dan keuangan rumah tangga itu dipisah, ga boleh banget dijadiin satu. Bahayanya, modal usaha bisa saja tersedot dan akhirnya usaha jadi ga berputar.
Oh ya, bang Aidil juga mengingatkan, keuangan usaha yang sehat itu harus lah cashflownya positif. Kalau negatif, artinya ya ga ada keuntungan *cmiiw
Jika usaha mau maju dan butuh modal atau suntikan dana yang lebih besar, ga ada salahnya mengajukan pinjaman, hutang usaha.
Haduuuh, utang itu kan ga baik? Iyess, kalau bisa ga pakai utang emang iya bagus sih. Tapi kalau kasusnya dapat orderan besar di depan mata, apa iya ditolak karena ga punya cukup modal?
Misalnya ada pesanan katering buat 200ribu pax, sementara kita cuma punya modal buat siapin 100ribu pax, nah sisanya gimana? Ga ada salahnya kog pinjam, toh akan berganti keuntungan usaha sekian persen kan? *Cmiiw
Kalau kata pakar-pakar keuangan, pinjaman usaha itu masuknya good debt. Seperti kata bang Aidil ini
Kalau kata suami "utang itu bikin semangat kencengin usaha biar bisa bayar cicilan" "bisnis kurang greget kalo ga pakai utang". Hahaha, maaf ya teman-teman kalau ada yang gak sealiran. Tapi itu pemikiran suami soal utang usaha, menurutnya harus berani utang supaya usaha lebih maju. Kadang memang sulit bergerak dengan modal pas-pasan *cmiiw.
Cuma masalahnya, ga banyak nih pengusaha UMKM yang bisa dapat akses permodalan memadai, syarat ini itu yang membuat pinjaman modal ke bank menjadi lebih sulit terwujud. Saya dan suami sudah sering mengalaminya.
Tapi, jaman sekarang untungnya cukup banyak akses permodalan usaha yang memungkinkan pengusaha UMKM bisa meminjam modal tanpa banyak syarat berbelit.
Tapi, bang Aidil Akbar mengingatkan untuk meminjam hanya pada platform terpercaya yang terdaftar di OJK, punya aplikasi sendiri
Salah satu fasilitas pinjaman usaha yang bisa jadi referensi dan ada aplikasinya adalah Tunaiku.
Tunaiku ini salah satu aplikasi financial yang sudah terdaftar di OJK dari Amar Bank.
So, buat teman-teman pelaku usaha yang mau mengembangkan bisnisnya dan sedang berpikir untuk menambah modal usaha, boleh coba-coba apply di Tunaiku, caranya gampang, ikuti ini
No comments
Post a Comment